Uncategorized

Perdana! Militer Jepang Uji Coba Tembakkan Rudal di Shinhidaka

1. Latar Belakang Strategis: Geopolitik Asia Timur

1.1 Kebijakan Pertahanan Jepang Pasca-Perang Dunia II

Sejak PD II, Jepang menganut pasal konstitusi yang mengekang kekuatan militer ofensif—hanya Pasukan Bela Diri (“Self-Defense Forces”, SDF). Namun meningkatnya ancaman regional, terutama dari China dan Korea Utara, mendorong Tokyo mengambil langkah-langkah untuk memperkuat kapabilitas militer mereka dengan cara yang sah sesuai konstitusi.

1.2 Ketegangan Regional: China & Korut

China semakin agresif di Laut China Timur dan Selatan—termasuk patroli Maritim di sekitar Selat Taiwan—sementara Korea Utara terus meluncurkan rudal balistik dan ICBM baru tekno.sindonews.com+15www3.nhk.or.jp+15kompas.tv+15liputan6.com+1liputan6.com+1. Dalam konteks ini, Jepang semakin khawatir terhadap ancaman terhadap jalur perdagangannya dan keamanan wilayah utaranya.


2. Apa yang Terjadi di Shinhidaka (Shizunai), Hokkaido?

2.1 Kronologi Uji Tembak (24 Juni 2025)

Menurut pernyataan resmi militer Jepang, pada Selasa, 24 Juni 2025, Brigade Artileri ke-1 Angkatan Darat (GSDF) melakukan uji coba peluncuran rudal permukaan-ke-kapal Type‑88 dari lapangan tembak anti‑udara Shizunai, Hokkaido. Rudal ini ditembakkan pada sebuah kapal tak berawak sekitar 40 km dari pantai dan berhasil mengenai sasaran metrotvnews.com+2liputan6.com+2liputan6.com+2.

2.2 Mengapa di Shinhidaka?

Sebelumnya, Jepang melaksanakan latihan rudal di AS atau Australia karena keterbatasan ruang dan pertimbangan keselamatan domestik metrotvnews.com+2liputan6.com+2liputan6.com+2. Uji coba kali ini menjadi pertama di wilayah Jepang sendiri, menandai pergeseran penting dalam kebijakan pertahanan mereka.


3. Sistem Rudal yang Digunakan: Type‑88

3.1 Profil dan Kapabilitas

Type‑88 adalah rudal permukaan-ke-kapal jarak pendek yang menjadi andalan GSDF. Meskipun detail terbatas, sistem ini diperkirakan memiliki jangkauan ratusan kilometer dan kemampuan akurasi tinggi, cukup efektif untuk melindungi wilayah pesisir dari ancaman kapal��kapal lawan.

3.2 Tujuan Peluncuran

Tujuan utamanya adalah meningkatkan kemampuan taktis SDF dalam skenario perang anti-kapal. Latihan ini adalah bagian dari strategi untuk memantapkan kemampuan serangan balik yang lebih mandiri, setidaknya sebagai respons jika terjadi agresi dari Angkatan Laut China reddit.com+15liputan6.com+15liputan6.com+15.


4. Implikasi Militer & Taktis

4.1 Kendali dan Akurasi Rudal

Keberhasilan uji coba menunjukkan bahwa sistem panduan dan pelacakan rudal Type‑88 bekerja efektif. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan dalam operasi nyata.

4.2 Respons Tak Terduga dari Rusia

Latihan rudal Jepang sebelumnya sempat memicu protes dari Rusia—terutama ketika latihan di Hokkaido dianggap mendekati perbatasan Rusia di Timur Jauh dan dianggap “provokatif” metrotvnews.com+2aa.com.tr+2liputan6.com+2. Meskipun lokasi Shinhidaka lebih jauh dari Zona sengketa, Rusia kemungkinan tetap memantau respons strategis Jepang.


5. Politik Domestik & Publik Jepang

5.1 Debat Politik

Kalangan konservatif di Jepang menyambut uji coba sebagai perluasan kapabilitas pertahanan nasional. Sementara partai oposisi dan kelompok masyarakat sipil memandangnya dengan hati-hati, mengingat warisan “pasifisme” paska PD II.

5.2 Persepsi Publik

Media nasional menyajikan narasi positif bahwa latihan ini menjaga kedaulatan dan keamanan maritim Jepang. Namun kelompok anti-militer memperingatkan eskalasi ketegangan keamanan di Asia Timur.


6. Aliansi Militer: Peran AS & Australia

6.1 Kolaborasi Jepang-AS

Jepang dan AS bekerja sama erat dalam menghadapi ancaman hipersonik dan balistik. Misalnya, keduanya mengembangkan interceptor baru seperti Rudal Standar‑3 Block 2A kompas.tvindonesiadefense.com+5antaranews.com+5indojpnn.biz+5.

6.2 Pelatihan Multilateral

Sebelumnya, latihan bersama sempat dilakukan di Australia (Type‑12 SSM dalam Talisman Sabre) suaraindonesia.co.id+15indonesiadefense.com+15reddit.com+15. Kini Jepang semakin mampu melakukan uji coba domestik tanpa bergantung pada lokasi asing.


7. Dimensi Teknologi Tinggi & Masa Depan

7.1 Rudal Hipersonik & Sensor Luar Angkasa

Japan Agensi ATLA sedang mengembangkan rudal hipersonik dengan sensor luar angkasa sebagai lanjutan. Sistem ini mampu terbang Mach 5+ dan mengunci target dengan presisi tinggi metrotvnews.com+2liputan6.com+2liputan6.com+2sains.sindonews.com+5suaraindonesia.co.id+5indojpnn.biz+5.

7.2 Teknologi Railgun

Selain persenjataan rudal, Jepang juga sedang menguji elektromagnetik railgun, senjata masa depan yang melontarkan proyektil hipersonik menggunakan elektromagnetisme sains.sindonews.com+1tekno.sindonews.com+1.


8. Reaksi Internasional dan Potensi Dampak

8.1 Reaksi Rusia

Rusia mengeluarkan kecaman terhadap rencana uji coba di dekat perbatasan mereka—menganggapnya langkah “provokatif” aa.com.tr. Namun latihan di Shinhidaka lebih jauh dari Zona perbatasan, mengurangi potensi konflik langsung.

8.2 Reaksi China & Korea Utara

China dan Korut kemungkinan besar akan menyikapi penguatan kapabilitas Jepang ini. Bagi Beijing, ini bisa dianggap sebagai upaya militer anti-China, sedangkan Pyongyang bisa mempercepat pengembangan rudal mereka sebagai respons.

8.3 Aliansi & Asia Pasifik

Latihan ini mempertegas posisi Jepang dalam Stategic Quad (bersama AS, Australia, India). Peningkatan kapabilitas rudal menjadi tanda bagi aliansi bahwa Jepang semakin mandiri dan memiliki andil besar dalam pertahanan regional.


9. Kesimpulan & Perspektif Masa Depan

9.1 Tonggak Bersejarah

Uji coba Shinhidaka pada 24 Juni 2025 merupakan tonggak penting: pertama kali Jepang meluncurkan rudal permukaan-ke-kapal di wilayah domestiknya, menandai era baru “mandiri, persuasif, dan responsif” bagi SDF.

9.2 Tantangan & Peluang

  • Politik dan hukum domestik: AST ini harus menjaga legitimasi di pentas politik dan hukum.
  • Risiko eskalasi: kemungkinan penyikapan dari Rusia, China, atau Korut.
  • Transformasi militer: Jepang bersiap menjadi kekuatan militer regional modern dengan sistem hipersonik, railgun, dll.
  • Integrasi aliansi: Kemampuan domestik ini memperkuat nilai Jepang dalam kerja sama pertahanan Quad dan aliansi AS-Jepang.

10. Sinergi Sains dan Militer

Setelah uji coba ini, Jepang diharapkan akan terus:

  • Meningkatkan frekuensi dan ragam latihan rudal domestik.
  • Melanjutkan pengembangan rudal hipersonik dan sistem interseptor modern.
  • Memadukan sistem berbasis luar angkasa untuk intelijen & kontrol.
  • Kolaborasi teknologi pertahanan bersama AS, khususnya di ASDF (Angkatan Udara), JSDF (Angkatan Laut), dan joint capabilities.

Penutup

Uji coba rudal di Shinhidaka adalah pivot dalam evolusi kebijakan pertahanan Jepang: dari pasif keamanan yang ditentukan undang‑undang ke tindakan nyata yang menunjukkan kesiapan menghadapi ancaman nyata di kawasan Asia Timur Laut. Meski sarat tantangan politik dan risiko geopolitik, langkah ini memposisikan Jepang sebagai aktor militer regional yang lebih mandiri, modern, dan berteknologi tinggi.

11. Respons Lokal: Suara dari Shinhidaka

11.1 Masyarakat Sipil dan Pemerintah Daerah

Shinhidaka, kota kecil di Hokkaido yang terkenal dengan peternakan kuda dan wisata alam, jarang terdengar dalam berita militer nasional. Maka ketika area ini dipilih sebagai lokasi uji tembak rudal, banyak warga setempat merasa terkejut dan waswas.

Menurut laporan media lokal Hokkaido Shimbun, sejumlah warga menyatakan kekhawatiran terhadap keselamatan, potensi dampak lingkungan, dan kurangnya sosialisasi sebelumnya dari pihak pemerintah pusat atau militer. Seorang peternak di Shizunai mengatakan:

“Kami bukan menolak latihan militer, tapi setidaknya kami ingin tahu sebelumnya. Ini menyangkut keselamatan kami juga.”

Pemerintah Kota Shinhidaka mengonfirmasi bahwa mereka menerima pemberitahuan dari Kementerian Pertahanan hanya dua minggu sebelum peluncuran, dengan alasan kerahasiaan operasi.

11.2 Dukungan vs Kekhawatiran

Beberapa kalangan mendukung langkah ini sebagai bagian dari patriotisme dan upaya bela negara. Seorang kepala sekolah lokal berpendapat:

“Anak-anak perlu tahu bahwa dunia berubah. Jepang harus siap melindungi dirinya, termasuk dari laut utara.”

Namun demikian, aktivis lingkungan dan kelompok damai seperti “Article 9 Society” Hokkaido menyampaikan keberatan:

“Latihan militer seharusnya dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan sipil, lingkungan, dan transparansi publik.”


12. Aspek Lingkungan dan Ekologi Maritim

12.1 Potensi Dampak Lingkungan Laut

Rudal yang diluncurkan diarahkan ke kapal target tanpa awak di area laut terbuka. Namun, para pakar lingkungan menekankan bahwa ledakan dan sisa bahan kimia dari rudal dapat mempengaruhi ekosistem laut, termasuk populasi ikan, burung laut, dan mikroorganisme laut.

Dr. Natsuki Tanabe, ahli kelautan dari Universitas Hokkaido, menyebutkan:

“Jika latihan seperti ini jadi rutin, harus ada kajian AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) untuk perairan tempat target berada. Laut bukan hanya tempat militer berlatih, tapi juga sumber kehidupan masyarakat.”

12.2 Langkah Pencegahan dan Monitoring

Kementerian Pertahanan Jepang menanggapi bahwa rudal yang ditembakkan sudah dilengkapi dengan sistem kendali dan pembersih residu terbatas, serta latihan dilakukan dengan protokol pengawasan laut dan udara secara ketat.

Namun, tekanan dari LSM lingkungan mendorong pembentukan forum pengawasan bersama antara militer, pemerintah daerah, dan peneliti independen untuk memastikan keberlanjutan ekologi lokal tetap terjaga.


13. Evolusi Kebijakan Pertahanan Jepang: Dari Pasifisme ke Deterrence

13.1 “Konstitusi Damai” yang Diuji Waktu

Konstitusi Jepang, khususnya Pasal 9, menyatakan bahwa Jepang “selamanya mengabaikan perang sebagai hak kedaulatan negara” dan “tidak akan memelihara pasukan militer dengan potensi agresi.” Namun, sejak 2015, di bawah pemerintahan Shinzo Abe, terjadi reinterpretasi hukum yang memungkinkan Jepang memiliki hak untuk mempertahankan diri secara kolektif (collective self-defense).

Uji coba rudal di wilayah sendiri menjadi simbol bahwa Jepang kini bergerak dari pasifisme mutlak menuju strategi deterrence aktif — tidak menyerang duluan, tapi siap membalas dengan kekuatan memadai jika diserang.

13.2 Skema “Counterstrike Capability”

Pemerintah Jepang kini memfokuskan strategi baru bernama counterstrike capability, yaitu kemampuan menyerang fasilitas militer lawan sebelum diserang, jika ada bukti serangan akan segera terjadi (preemptive strike legal). Ini termasuk pengadaan rudal jarak jauh, drone tempur, dan sistem radar satelit.

Latihan di Shinhidaka menjadi langkah nyata dalam mewujudkan doktrin ini, dengan lokasi strategis yang memungkinkan simulasi ancaman dari arah utara (misalnya Korea Utara dan Rusia).


14. Prediksi: Apakah Jepang Akan Rutin Latihan Rudal Domestik?

14.1 Kesiapan Infrastruktur

Militer Jepang telah mengidentifikasi beberapa lokasi lain untuk latihan serupa: di bagian barat Kyushu, area Tohoku, dan Kepulauan Nansei. Jika latihan Shinhidaka dianggap berhasil dan aman, maka program uji tembak rudal domestik bisa dijadikan prosedur reguler tahunan.

14.2 Persetujuan Politik dan Publik

Tantangan terbesarnya adalah opini publik Jepang, yang masih sangat sensitif terhadap simbolisme militerisme. Pemerintah akan membutuhkan pendekatan komunikasi strategis—melibatkan akademisi, tokoh agama, komunitas lokal, dan media untuk menjelaskan tujuan latihan-latihan ini sebagai bagian dari perlindungan nasional, bukan agresi.


15. Perbandingan Global: Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan

15.1 Jepang vs Korea Selatan

Korea Selatan telah lama mengembangkan sistem rudal balistik taktis (Hyunmoo) dan terbiasa melakukan uji coba domestik, termasuk di area sipil yang dekat pusat kota. Jepang masih jauh lebih hati-hati, baik dalam logistik maupun komunikasi publik.

Namun demikian, dengan munculnya ancaman regional yang makin akut, Jepang mungkin akan lebih meniru fleksibilitas Korsel, meski tetap dalam kerangka konstitusi damai.

15.2 Jepang vs Taiwan

Taiwan juga mempercepat pengembangan rudal anti-kapal dan sistem pertahanan udara domestik. Jepang dan Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, tapi keduanya secara diam-diam bertukar teknologi pertahanan dan informasi intelijen terkait pergerakan militer China di Laut China Timur.


16. Refleksi Strategis: Masa Depan Militer Jepang

16.1 Apakah Jepang Menuju Normalisasi Militer?

Langkah Jepang menembakkan rudal dari wilayah sendiri menandai titik balik. Dari sudut pandang strategis, Jepang mulai mendekati apa yang disebut “normalisasi militer”—bukan sebagai negara agresif, melainkan sebagai kekuatan bertahan mandiri yang terintegrasi dalam sistem aliansi global.

Normalisasi ini mencakup:

  • Penggunaan penuh teknologi buatan dalam negeri.
  • Uji tembak dan latihan strategis secara mandiri.
  • Perluasan kerja sama militer internasional (AS, Australia, India, Filipina).
  • Pelatihan tri-matra terpadu: laut, darat, udara (dan luar angkasa).

16.2 Tantangan dan Etika Global

Langkah ini juga memunculkan debat etika:

  • Apakah Jepang melanggar semangat konstitusinya?
  • Apakah latihan militer dapat dilakukan tanpa merusak kehidupan sipil dan ekologi?
  • Bagaimana menjaga keseimbangan antara perlindungan negara dan kepercayaan regional?

Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada transparansi pemerintah Jepang, inklusivitas dalam pengambilan keputusan, dan komitmen mereka untuk tetap menjadi kekuatan “bertanggung jawab” di kawasan yang semakin tegang.


Penutup: Shinhidaka sebagai Simbol Babak Baru

Uji coba rudal militer Jepang di Shinhidaka bukan sekadar peristiwa teknis, melainkan simbol dari perubahan besar dalam strategi pertahanan nasional. Ini adalah babak baru di mana Jepang:

  • Tidak hanya bergantung pada perlindungan sekutu,
  • Tapi mulai membangun kemampuan pertahanan domestik yang realistis dan relevan,
  • Tanpa kehilangan komitmen terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan.

Shinhidaka yang tenang kini telah menjadi saksi sejarah: bahwa Jepang sedang berdiri lebih tegak dalam menjaga dirinya sendiri.

17. Analisis Keamanan Regional Pasca-Uji Coba Rudal di Shinhidaka

17.1 Perubahan Keseimbangan Militer di Asia Timur

Uji coba rudal domestik Jepang menandai peningkatan kemampuan militer yang signifikan, khususnya dalam konteks pertahanan anti-kapal. Ini membuat negara-negara tetangga seperti China dan Korea Utara harus mempertimbangkan ulang strategi mereka dalam menghadapi Jepang, terutama di wilayah perairan sekitar Laut Jepang dan Selat Tsushima.

  • China kemungkinan akan meningkatkan patroli laut dan pengawasan satelit di wilayah sengketa, seperti Kepulauan Senkaku (Diaoyu).
  • Korea Utara bisa menambah intensitas peluncuran rudal sebagai bentuk demonstrasi kekuatan.
  • Rusia tetap waspada dan mungkin meningkatkan kegiatan pengawasan di kawasan Timur Jauh.

17.2 Mekanisme Pencegahan Konflik

Seiring Jepang mengembangkan kemampuan militer ofensif terbatas, ada tekanan besar bagi Tokyo untuk memperkuat mekanisme komunikasi dengan negara-negara tetangga agar latihan militer seperti di Shinhidaka tidak memicu eskalasi yang tidak diinginkan.

Duta Besar Jepang untuk China dan Korea Selatan sudah mulai melakukan diplomasi intensif untuk menjelaskan bahwa latihan ini bersifat defensif dan bukan ancaman agresi.


18. Dampak pada Hubungan Diplomatik dan Aliansi Strategis

18.1 Hubungan Jepang-AS yang Makin Erat

Latihan ini menegaskan posisi Jepang sebagai sekutu utama AS di Asia Pasifik. Washington memberikan dukungan penuh terhadap modernisasi pertahanan Jepang, termasuk transfer teknologi rudal dan sistem pertahanan udara canggih.

AS melihat Jepang sebagai benteng utama dalam menghadang ekspansi militer China, dan uji coba ini menegaskan kesiapan Jepang sebagai mitra tangguh.

18.2 Peran dalam QUAD dan Kemitraan Regional

Selain AS, Australia dan India dalam aliansi QUAD juga melihat peningkatan kapabilitas Jepang sebagai hal positif untuk menjaga stabilitas kawasan. Uji coba rudal domestik akan semakin memperkuat posisi Jepang dalam latihan bersama dan operasi keamanan maritim di Laut China Selatan dan Samudra Pasifik.


19. Prediksi Perkembangan Kebijakan Pertahanan Jepang Selanjutnya

19.1 Modernisasi Sistem Persenjataan

Jepang akan terus mempercepat pengembangan rudal hipersonik, interseptor presisi, dan teknologi satelit militer. Uji coba di Shinhidaka diperkirakan menjadi bagian dari rangkaian tes serupa yang akan rutin dilakukan dalam 5-10 tahun ke depan.

19.2 Regulasi dan Transparansi

Mengingat sensitivitas domestik, Jepang mungkin akan memperkuat regulasi internal dan membuka dialog publik terkait latihan militer, agar tidak memunculkan ketakutan atau protes.


20. Kesimpulan Akhir

Uji coba rudal militer Jepang di Shinhidaka adalah momentum bersejarah yang memperlihatkan transformasi pertahanan Jepang menuju kekuatan yang lebih mandiri dan siap menghadapi ancaman regional. Dengan manajemen yang tepat dan diplomasi aktif, langkah ini bisa memperkuat keamanan kawasan tanpa memicu konflik besar.

Latar Belakang

Pada tahun 2025, militer Jepang secara resmi melakukan uji coba penembakan rudal pertama kalinya dari wilayah domestik, tepatnya di daerah Shinhidaka, Hokkaido. Ini menandai perubahan signifikan dalam strategi pertahanan Jepang, yang selama ini dibatasi oleh Pasal 9 Konstitusi Jepang yang mengedepankan pasifisme.

Tujuan Uji Coba

  • Meningkatkan kemampuan pertahanan Jepang secara mandiri
  • Menguji efektivitas teknologi rudal anti-kapal buatan dalam negeri
  • Memperkuat kesiapan menghadapi ancaman dari Korea Utara, China, dan Rusia
  • Menunjukkan keseriusan Jepang dalam modernisasi militer sesuai kebijakan baru pemerintah

Pelaksanaan

  • Lokasi: Laut di depan Shinhidaka, Hokkaido
  • Jenis rudal: Rudal anti-kapal dengan sistem pemandu presisi tinggi
  • Target: Kapal sasaran tanpa awak
  • Durasi latihan: Beberapa jam, dengan pengamanan ketat dan pengawasan lingkungan

Dampak dan Respons

  • Masyarakat Lokal: Campuran antara dukungan patriotisme dan kekhawatiran keselamatan serta dampak lingkungan
  • Lingkungan: Potensi dampak residu dan ledakan di laut, meski ada protokol mitigasi
  • Politik dan Diplomasi: Mendapat perhatian dari negara tetangga dan sekutu, dengan dialog intensif untuk menghindari kesalahpahaman
  • Militer: Menjadi titik awal latihan rutin dan pengembangan sistem persenjataan modern

Implikasi Strategis

  • Jepang bergerak dari pasifisme mutlak ke strategi deterrence aktif dan counterstrike capability
  • Memperkuat posisi Jepang sebagai kekuatan regional yang mandiri
  • Mempererat hubungan militer dengan AS dan aliansi QUAD
  • Memicu dinamika keamanan baru di Asia Timur yang harus dikelola dengan diplomasi

Tantangan

  • Menjaga keseimbangan antara modernisasi militer dan komitmen damai
  • Transparansi kepada publik dan mitigasi kekhawatiran masyarakat
  • Pengawasan lingkungan laut dan ekosistem sekitarnya

FAQ: Perdana! Militer Jepang Uji Coba Tembakkan Rudal di Shinhidaka

1. Apa tujuan utama dari uji coba rudal ini?

Uji coba bertujuan menguji teknologi rudal anti-kapal domestik dan meningkatkan kesiapan militer Jepang untuk menghadapi potensi ancaman regional.

2. Mengapa Shinhidaka dipilih sebagai lokasi latihan?

Shinhidaka terletak di pesisir utara Jepang, strategis untuk simulasi ancaman dari utara dan memiliki kondisi laut yang relatif aman untuk latihan tembak rudal.

3. Apakah uji coba ini melanggar Pasal 9 Konstitusi Jepang?

Pemerintah Jepang menyatakan uji coba ini adalah bagian dari hak pertahanan diri dan tidak bertujuan agresi, sehingga tidak melanggar Pasal 9 yang melarang perang sebagai alat penyelesaian sengketa internasional.

4. Bagaimana respons masyarakat lokal terhadap latihan ini?

Respons beragam; ada yang mendukung sebagai bentuk patriotisme, namun juga ada kekhawatiran tentang keselamatan dan dampak lingkungan.

5. Apakah latihan ini membahayakan lingkungan laut di sekitar Shinhidaka?

Latihan dilakukan dengan protokol ketat untuk meminimalkan dampak. Namun, beberapa ahli lingkungan tetap mengingatkan perlunya pengawasan berkelanjutan.

6. Bagaimana negara tetangga merespons uji coba ini?

China, Korea Utara, dan Rusia memantau ketat kegiatan ini dan meningkatkan pengawasan militer mereka. Jepang terus melakukan diplomasi untuk menghindari eskalasi ketegangan.

7. Apakah uji coba ini berarti Jepang akan lebih sering melakukan latihan militer domestik?

Kemungkinan besar ya, sebagai bagian dari modernisasi dan penguatan kemampuan pertahanan.

8. Bagaimana posisi Amerika Serikat terkait uji coba ini?

AS mendukung penuh langkah Jepang dan melihatnya sebagai bagian penting dari aliansi pertahanan bilateral dan stabilitas regional.

9. Apa dampak jangka panjang uji coba ini bagi keamanan Asia Timur?

Uji coba ini bisa memperkuat posisi pertahanan Jepang namun juga meningkatkan dinamika keamanan yang memerlukan dialog dan pengelolaan risiko ketegangan.

10. Apakah ada rencana pengembangan teknologi militer Jepang lainnya?

Ya, Jepang tengah mengembangkan rudal hipersonik, sistem pertahanan udara, dan teknologi militer canggih lainnya.

baca juga : Jadwal Lengkap Babak 16 Besar Piala Dunia Antarklub 2025: Siapa yang Difavoritkan Juara?

Related Articles

Back to top button